Minggu, 26 September 2010

ilmu

UMAT BERTANYA ULAMA MENJAWAB

Pertanyaan:
Mohon diungkapkan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi umat Islam
-

Jawaban:
Banyak dalil yang menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib, baik yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadis Nabi Saw. maupun dari fatwa ulama, antara lain sebagai berikut:

  1. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an:

"Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama?" (QS. At-Taubah:122)

Sekalipun dalam ayat tersebut tidak tampak kata-kata wajibun yang berarti wajib; atau kata-kata faridhatun yang berarti difardukan, tetapi dalam ayat itu terdapat fi'il mudhari' yang telah kemasukan lamul amr, yakni lafaz liyatafaqqahuu.

Dalam ilmu Ushul Fiqih ada kaidah yang berbunyi:

"Arti yang pokok dalam amr ialah menunjukkan wajib." (Kitab As-Sullam, halaman 13; dan kitab Ushul Fiqh, halaman 31)

Dengan demikian, ayat diatas mengandung arti bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib.

  1. Rasulullah Saw., bersabda:

"Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam" (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)

Hadis tersebut sepengetahuan kami terdapat dalam beberapa kitab hadis berikut ini:

    1. Sunan Ibnu Majah, Juz I, halaman 98, karya Imam Ibnu Majah Al-Qazwini.
    2. Mukhtarul Ahaditsin Nabawiyah, halaman 93, karya Sayid Ahmad Al-Hasyimi.
    3. Al-Jami'ush Shaghir, Juz I, halaman 194, karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi.
    4. As-Sirajul Munir, Juz II, halaman 416, karya Syekh Ali Al-Azizi.
    5. At-Targhib wat-Tarhib, Juz I, halaman 96, karya Al-Hafizh Al-Mundziri

Perlu kami tambahkan bahwa dalam kitab-kitab hadis yang telah kami kemukakan di atas tidak terdapat tambahan lafaz wa muslimatin setelah lafaz 'ala kulli muslimin.

Bahkan dalam kitab-kitab Tasawuf dan Irsyad pun yang menyitir hadis tersebut antara lain:

o Ihya Ulumuddin, Juz I, halaman 9, karya besar Imam Hujjatul Islam Al-Ghazali

o Tanbihul Ghafilin, halaman 115, karya Imam As-Samarqandi

o Irsyadul 'Ibad, halaman 7, karya Syekh Zainuddin Al-Malibari


Kami tidak menemukan tambahan wa muslimatin sebagaimana sering terdengar dari khotbah para mubalig dan para khatib. Mereka selalu menambahkan lafaz wa muslimatin yang artinya "menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan."

Dalam kitab Ta'limul Muta'allim karya Syekh Az-Zarnuji, halaman 4, termaktub hadis Nabi itu sebagai berikut:

"Rasulullah Saw. bersabda: Menuntut ilmu itu merupakan kewajiban atas setiap muslim dan muslimah."

Seorang ulama ahli hadis dari Madinah, Imam Abdul Hasan Muhammad bin Abdul Hadi, ketika mengomentari Hadis Riwayat Imam Ibnu Majah dan lain-lain dari Anas bin Malik tersebut dalam kitabnya Hasyiyah Sunan Ibnu Majah menyebutkan:

"Sabda Nabi Saw. atas setiap muslim, artinya orang muslim yang telah akil balig, untuk mengecualikan orang muslim yang belum akil balig, yaitu anak kecil dan orang gila; dan yang dimaksud dengan kata-kata 'muslim' dalam hadis itu ialah orang (yang beragama Islam), maka mencakup kepada laki-laki dan perempuan." (Kitab Hasyiyah Sunan Ibnu Majah, Juz I, halaman 98-99)

Selanjutnya pada juz I, halaman 99 dalam kitab tersebut beliau mengutip ucapan seorang kritikus hadis Imam As-Sakhawi:

"Imam As-Sakhawi dalam kitabnya Al-Maqashid berkata: Ada sebagian pengarang kitab yang menambahkan lafaz "Wamuslimatin" di akhir hadis ini, padahal tidak terdapat dalam beberapa thariq (jalan) riwayat hadis, sekalipun benar kalau ditinjau dari segi makna."

Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa lafaz wamuslimatin dalam hadis itu bukanlah ucapan Nabi Saw., melainkan hanya tambahan dari pengarang kitab.
Jadi menuntut ilmu itu hukumnya wajib, berdasarkan Hadis Nabi Saw. diatas yang berarti: "Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam yang akil balig, baik laki-laki maupun perempuan."

As-Sayid 'Alawi bin Ahmad As-Saqaf telah berfatwa:

"Dan ketahuilah wahai saudaraku, bahwa yang paling wajib dan utama dalam masalah yang difardhukan ialah ilmu, dan yang paling besar dosanya dalam masalah pelanggaran yang diharamkan ialah kebodohan, dan kebodohan yang paling sesat ialah berbuat bodoh terhadap Allah, yaitu kufur" (Illajul Amradlir Radiyyah, halaman 9)

Berdasarkan firman Allah dan sabda Nabi serta fatwa ulama tersebut, jelaslah bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib. Berdosalah umat Islam yang tidak mau menuntut ilmu.

Diakhir pembahasan masalah ini akan kami ungkapkan ucapan seorang ulama besar, Imam Syafii (Rahimahullah), yaitu:

"Imam Syafii (Rahimahullahu Ta'ala) berkata, "Barang siapa yang tidak cinta terhadap ilmu, maka tidak ada kebaikan padanya; dan janganlah di antara kamu dengannya terjalin hubungan intim dan tidak perlu kenal dengannya, sebab orang yang tidak mau belajar ilmu, tentu ia tidak akan mengetahui cara-cara beribadah dan tidak akan melaksanakan ibadah sesuai dengan ketentuan-ketentuannya. Seandainya ada seseorang yang beribadah kepada Allah Swt. seperti ibadahnya para malaikat di langit, tetapi tanpa dilandasi dengan ilmu, maka ia termasuk orang-orang yang merugi." (Dikutip dari kitab 'Ilajul Amradlir Radiyyah, hamisy kitab 'Fawaidul Makkiyyah', halaman 14-15)

Ditulis dalam My Stories pada 2:27 am oleh senyuman

Tak banyak manusia mampu tersadar dari kesalahannya walau telah banyak teguran baek itu dalam bentuk lisan ataupun perbuatan yang diterimanya. Sungguh miris melihatnya, karena akan berpengaruh kepada orang disekelilingnya. Tak luput membuat orang lain merasa terdholimi dengan perbuatannya itu. Jika teguran manusia tak mampu membuatnya sadar, cukuplah Allah SWT sebaik-baik Penegur.

Teman apakah kamu tidak tahu kami teman-teman kamu peduli akan dirimu. Mungkin kami sudah merasa banyak memberikan kemudahan atahupun kebaikan untuk kamu, namun kami juga merasa bahwa kebaikan itu telah kamu manfaatkan terlalu berlebihan hingga kamu tak menghiraukan kami yang ada disini.

Adapun kesalahan kami, kamu tak mudah memberikan maaf sampai harus menampakkan kemarahanmu kepada kami. Pernahkah kamu merasa saat kamu melakukan kesalahan kami tak banyak menggubris karena kami ingin menjaga perasaanmu?, karena kami tak ingin bertengkar denganmu? Sungguhkah kamu tak menyadarinya?

Jangan mudah kamu menyalahkan orang lain jika kamu sendiri telah memulai kesalahan itu. Jangan mudah merasa kamu adalah orang yang paling terdholimi sedang kamu sendiri tidak merasakan orang laen disekelilingmu merasa terdholimi akan sifat kamu. Jangan terkejut jikalau kamu tiba-tiba mengalami suatu kejadian yang membuatmu merasa didholimi. Tak pernah kami sengaja melakukannya, namun tak bisa kami pungkiri teman… bahwa kami terkadang merasa sedikit senang melihatmu bisa merasakan bagaimana menjadi orang yang terdholimi sebagimana apa yang pernah kau lakukan kepada kami. Maafkan sikap ini teman…

Teman…mengertilah, pahamilah, jangan sampai Allah SWT bisa memberimu teguran lebih sulit daripada selama ini kau terima. Sadarlah teman kami akan selalu mendukungmu dalam kebaikan. Tak pernah kami lupa berdoa dibeberapa ibadah kami untukmu baek untuk kebaikanmu tapi juga agar Allah memberikan teguran yang terbaek untukmu. Kami telah lelah teman akan segala sikap ketidak pedulianmu, sikap cuek kamu, sikap yang seenak kamu sendiri, dan pemanfaatan kebaikan kami kepadamu.

“Ya Allah, jika teguran kami tak bisa membuatnya menyadari kesalahannya, tegurlah dia dengan cara Mu karena Engkau adalah sebaik-baik Penegur makluk Mu, ampunilah kami yang telah berputus asa.”

Ditulis dalam Qolbu pada 5:09 am oleh senyuman

http://fdawj.atspace.org/images/bismillah.gif

Terdapat dalil-dalil yang tegas dan jelas akan wajibnya menjaga lisan agar kita menggunakannya sesuai dengan apa yang diperintahkan syari’at. Di antaranya adalah:

1. Hadits ‘Adiy bin Hatim, muttafaqun ‘alaih
Rasulullah bersabda shallallahu ‘alaihi wa sallam:

((مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلا سَيُكَلِّمُهُ اللهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ. فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلا يَرَى إِلا مَا قَدَّمَ وَيَنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ فَلا يَرَى إِلا مَا قَدَّمَ وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلا يَرَى إِلا النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ. فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ)) (متفق عليه) وزاد مسلم: ((وَلَوْ بِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ))

“Tidak ada seorang pun di antara kalian, kecuali nanti (pada hari kiamat) akan diajak bicara oleh Allah, yang antara dia dengan Allah tidak ada seorang penerjemah pun. Lalu dia melihat ke sebelah kanannya, maka dia tidak meilihat kecuali apa yang telah dilakukannya dan dia melihat ke sebelah kirinya, maka dia tidak melihat kecuali apa yang telah dilakukannya. Kemudian dia melihat ke depan maka dia tidak melihat kecuali neraka berada di hadapannya. Maka takutlah terhadap neraka walaupun (hanya berinfaq) dengan sebelah/setengah kurma!” (HR. Al-Bukhariy no.6539 dan Muslim no.1016)
Dan dalam riwayat Muslim terdapat tambahan: “Walaupun hanya dengan mengucapkan perkataan yang baik!”

Dalam riwayat yang lain disebutkan:

عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ: ذَكَرَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم النَّارَ فَأَعْرَضَ وَأَشَاحَ ثُمَّ قَالَ: ((اِتَّقُوا النَّارَ)) ثُمَّ أَعْرَضَ وَأَشَاحَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ كَأَنَّمَا يَنْظُرُ إِلَيْهَا ثُمَّ قَالَ: ((اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ, فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ))

Dari ‘Adiy bin Hatim berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang neraka lalu beliau berpaling kemudian bersabda: “Takutlah kalian terhadap neraka!” lalu beliau kembali berpaling sampai-sampai kami menyangka seakan-akan beliau melihat neraka tersebut, kemudian beliau bersabda: “Takutlah kalian terhadap neraka walaupun (hanya berinfaq) dengan sebelah kurma, maka barangsiapa yang tidak mendapatkan(nya), maka (berkatalah) dengan perkataan yang baik!” (HR. Al-Bukhariy no.1417 dan Muslim no.1016)

2. Hadits Abu Hurairah, muttafaqun ‘alaih
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ))

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka ucapkanlah (perkataan) yang baik atau diam!” (HR. Al-Bukhariy no.6018 dan Muslim no.47)
Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,” maksudnya adalah barangsiapa yang beriman dengan keimanan yang sempurna, yang dapat menyelamatkan dari ‘adzab Allah dan menyampaikan kepada keridhaan-Nya, “maka ucapkanlah (perkataan) yang baik atau diam!” karena sesungguhnya orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya tentulah dia merasa takut terhadap ancaman-Nya, mengharap pahala-Nya, bersungguh-sungguh melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Dan yang lebih penting dari itu adalah menjaga segala anggota badannya karena kelak ia akan dimintai pertanggungjawabannya di akherat atas apa yang telah dilakukannya.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

{إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلا}

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Al-Israa`:36)
Dan juga firman-Nya:

{مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ}

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf:18)
Bahaya dan ketergelinciran lisan sangat banyak, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

((وَهَلْ يَكُبُّ النُّاسَ فِي النَّارِ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلا حَصَائِدُ اَلْسِنَتِهِمْ))

“Bukankah yang menenggelamkan manusia ke neraka di atas hidung-hidung mereka tidak lain karena hasil lisan-lisan mereka?” (Shahih, HR. At-Tirmidziy no.2616 dari Mu’adz bin Jabal t, lihat Shahiihul Jaami’ 5/29-30))
Maka barangsiapa yang mengetahui dan memahami hal ini serta beriman kepada-Nya dengan sebenar-benar keimanan, maka Allah akan memelihara lisannya sehingga dia tidak akan berbicara melainkan dengan perkataan yang baik atau diam.
Berkata sebagian ‘ulama: “Kumpulan adab yang baik itu tercabang pada empat hadits, disebutkan di antaranya sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ucapkanlah (perkataan) yang baik atau diam!”
Sebagian ‘ulama menjelaskan makna hadits tersebut: Apabila seseorang hendak berbicara, maka jika apa yang hendak ia katakan itu baik, benar dan berpahala maka hendaknya dia berbicara. Jika tidak maka hendaknya ia menahan diri, baik perkataan itu hukumnya haram, makruh atau bahkan yang mubah.
Berdasarkan hal ini, maka perkataan yang mubah diperintahkan untuk ditinggalkan atau dianjurkan untuk menahan diri darinya karena khawatir terjatuh kepada yang haram atau makruh dan inilah yang menimpa kebanyakan manusia. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf:18)
Para ‘ulama berbeda pendapat, apakah setiap yang diucapkan manusia itu pasti dicatat oleh malaikat sekalipun yang mubah, ataukah tidak dicatat melainkan yang berhubungan dengan perkataan yang akan membuahkan pahala dan siksa? Ibnu ‘Abbas dan lain-lain mengikuti pendapat yang kedua. Bagi yang berpendapat dengan pendapat ini maka makna ayat yang mulia tersebut menjadi bersifat khusus yakni perkataan yang berhubungan dengan balasan, baik pahala ataupun siksa.
Berkata penulis kitab Al-Ifshaah ‘an Syarhi Ma’aanish Shihaah, Ibnu Hubairah: “Adapun sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “maka ucapkanlah (perkataan) yang baik atau diam!” menunjukkan bahwa perkataan yang baik itu lebih utama daripada diam, sedangkan diam lebih utama daripada berkata yang jelek. Hal itu bisa diperhatikan dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendahulukan “ucapkanlah (perkataan) yang baik” daripada “atau diam!”
Berkata yang baik dalam hadits ini meliputi: menyampaikan ajaran Allah dan Rasul-Nya, memberikan pengajaran kepada kaum muslimin, amar ma’ruf nahi munkar berdasarkan ilmu, mendamaikan orang yang berselisih dan berbicara dengan pembicaraan yang baik kepada manusia. Dan termasuk ucapan yang paling utama adalah mengatakan perkataan yang benar di hadapan orang yang ditakuti kekejamannya atau yang diharapkan bantuannya. (Lihat Syarh Al-Arba’iin Hadiitsan An-Nawawiyyah hal.47-50)
Berkata Al-Imam Asy-Syafi’i: “Makna hadits ini adalah apabila seseorang ingin berbicara maka hendaklah dipikirkan dahulu. Apabila nampak bahwasanya tidak ada bahaya padanya maka berbicaralah, sebaliknya apabila nampak padanya bahaya atau dia ragu (apakah mengandung bahaya atau tidak) maka tahanlah (diamlah).” (Syarh Shahiih Muslim 1/222)
Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar: “Makna hadits ini adalah bahwasanya seseorang apabila ingin berbicara maka pikirkanlah terlebih dahulu sebelum berbicara. Maka apabila dia mengetahui bahwasanya pembicaraannya tersebut tidak mengandung kerusakan dan tidak pula mengantarkan kepada yang haram ataupun yang makruh maka berbicaralah. Dan sekalipun perkataan yang mubah maka yang selamat adalah diam (tidak mengucapkannya) agar perkataan yang mubah tersebut tidak mengantarkan kepada yang haram dan makruh.” (Fathul Bari 13/149)
Demikian juga Al-Imam An-Nawawiy dalam Syarh Shahiih Muslim mengatakan dengan perkataan yang semakna dan kesimpulannya sebagaimana dikatakan Ibnu Rajab: “Bahwasanya Nabi memerintahkan berbicara dengan perkataan yang baik dan diam dari apa-apa yang tidak baik.” (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam hal.126, lihat ketiga ucapan tersebut dalam Qawaa’id wa Fawaa`id minal Arba’iin An-Nawawiyyah hal.137-138)

3. Hadits Abu Hurairah, riwayat Al-Bukhariy dan Muslim
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لا يُلْقِي لَهَا بَالا يَرْفَعُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ. وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لا يُلْقِي لَهَا بَالا يَهْوِي بِهَا فِيْ جَهَنَّمَ))

“Sesungguhnya seorang hamba, benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang diridhai oleh Allah, yang dia tidak menganggapnya penting, (maka) Allah mengangkatnya dengan perkataan tersebut beberapa derajat dan sesungguhnya seorang hamba, benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang dibenci Allah, yang dia tidak memikirkannya terlebih dahulu, yang dengan perkataan tersebut dia terjerumus ke dalam jahannam.” (HR. Al-Bukhariy no.6478)
Dalam riwayat Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ)) (رواه مسلم) وفي لفظ له: ((إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ))

“Sesungguhnya seorang hamba, benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang dengannya dia masuk ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.”
Dan dalam lafazh yang lain: “Sesungguhnya seorang hamba, benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang tidak jelas apa manfaat perkataan tersebut, (akan tetapi) dengannya dia terjerumus ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim no.2988)

4. Hadits Abu Hurairah, riwayat Muslim
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ ؟)) قَالُوْا: اَللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: ((ذِكْرُكَ أَخَاكَ ِبمَا يَكْرَهُ)) قِيْلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ ؟ قَالَ: ((إِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ, وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ))

“Tahukah kalian, apa itu ghibah?” Mereka berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda: “Yaitu, kamu menyebut sesuatu tentang saudaramu yang tidak disukainya.” Ditanyakan: “Bagaimana pendapat engkau, jika apa yang aku katakan memang kenyataannya ada pada saudaraku tersebut?” Beliau menjawab: “Jika memang apa yang kamu katakan ada padanya, berarti kamu telah meng-ghibahnya dan jika ternyata apa yang kamu katakan tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta tentang dia.” (HR. Muslim no.2589)

5. Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr, muttafaqun ‘alaih
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ))

“Seorang muslim (yang baik) adalah seseorang, yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya.” (HR. Al-Bukhariy no.10 dan Muslim no.40)

Mudah-mudahan kita bisa memahami, menghafal dan mengamalkan dalil-dalil di atas dengan semata-mata mengharap ridha Allah dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aamiin. Wallaahu A’lam.

http://tarbiyatulmujahidin.comze.com/image/p_bikkuri.gif

DO'A SEHARI HARI

DO'A-DO'A UNTUK DIAJARKAN KEPADA
SISWA-SISWI
KELAS BESAR DAN KELAS KECIL MISALKAN TAMAN KANAK KANAK


Do'a Tingkat lanjut >>>

1. Do'a Hendak Belajar

Robbii zidnii 'ilman warzuqnii fahman
Artinya: Ya Allah tambahkanlah ilmuku dan berikah aku pemahaman.


2. Do'a Akan Makan

AllaaHumma baariklanaa fiimaa rozaqtanaa waqinaa'adzaabannaar
Artinya: Ya Allah berilah keberkahan atas rizki yang Engkau berikan dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka.


3. Do'a Selesai Makan

Alhamdulillaahiladzii atth'amanaa wa saqoonaa wa ja'alanaa muslimiin
Artinya: Terima kasih Ya Allah yang telah memberi makan dan minum serta menjadikan kami orang-orang muslim.


4. Do'a Masuk Kamar Mandi / WC

AllaaHumma innii a'uudzubika minalkhubutsi wal khobaaits.
Artinya: Ya Allah lindungilah aku dari kotoran dan perbuatan dosa.


5. Do'a Keluar Kamar Mandi / WC

AlhamdulillaaHilladzii adzHaba 'anniladzaa wa 'aafaanii
Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan gangguan dariku dan memberikan kesehatan dan keselamatan.


6. Do'a Akan Tidur

Bismika AllaaHumma ahyaa wa amuut
Artinya: Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah aku hidup dan aku mati.


7. Do'a Bangun Tidur

AllhamdulillaaHilladzii ahyanaa ba'damaa amaatanaa wa ilaiHinnusyuur
Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami dan mematikan kami dan kepada-Mu lah tempat kembali.


8. Do'a Keluar Rumah

BismillaaHii tawakkaltu'alallaaHu laa hawla walaa quwwata illaabillaah
Artinya: Dengan menyebut nama Allah aku bertawakkal kepada-Nya.


9. Do'a Naik Kendaraan

Subhaanalladzii sakhkhorolanaa hadzaa wamaa kunna laHumuqriniina wa innaa ilaa robbinaa lamunqolibuun
Artinya: Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasai dan sesuangguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami.


10. Do'a Masuk Rumah

AllaaHumma innii as aluka khoiralmawlaji wa khoiralmakhroji
bismillaaHi walajnaa wa bismillaaHi khorojnaa wa'alallaaHi Robbinaa tawakkalnaa
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu sebaik-baik tempat masuk dan sebaik-baik tempat keluar, dengan nama Allah kami masuk dan dengan nama Allah kami keluar dan kepada Allah wahai Robb kami, kami bertawakkal.


11. Do'a Bersin


Alhamdulillaah
Artinya: Segala puji bagi Allah.


12. Do'a Menjawab Bersin

YarhamukallaaHu
Artinya: Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu.


13. Do'a Untuk Kedua Orangtua

Robbighfirlii waliwaalidayya warhamHumaa kamaa robbayaa nii shoghiiroo

Artinya: Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orangtuaku, dan sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangai aku sewaktu kecil.


14. Do'a Memohon Kebaikan Dunia dan Akhirat


Robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa 'adzaa bannaar
Artinya: Ya Allah, Ya Tuhan kami, berilah kepada kami kebaikan di dunia dan akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.


15. Do'a Meminta Diberi Kesehatan

AllaaHumma 'aafinii fii badanii, AllaaHumma 'aafinii fii sam'ii, AllaaHumma 'aafinii fii bashorii
Artinya: Ya Allah, berilah kesehatan pada badanku, Ya Allah berilah kesehatan pada pendengaranku, Ya Allah berilah kesehatan pada penglihatanku. (3X)


16. Do'a Ketika Hujan Turun

AllaaHumma shoyyiban naa fi'aan
Artinya: Ya Allah, semoga hujan yang Engkau berikan ini lebat dan membawa manfaat.


17. Do'a Sesudah Hujan Turun

Muthirnaa bifadhlillaaHi wa rohmatihi
Artinya: Kita diberi hujan karena keutamaan dan rahmat-Nya.


18. Do'a Ketika Bercermin

AlhamdulillaaHi kamaa hasanta kholqii fahassin khuluqiii
Artinya: Segala puji bagi Allah, baguskanlah kelakuanku sebagaimana Engkau telah membaguskan rupaku.


19. Do'a Berpakaian

AllaaHumma innii as aluka min khoiriHii wa khoirimaa HuwalaHu wa a'uudzubika min syarriHii wa syarrimaa HuwalaHu
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pada-Mu, kebaikan pakaian ini dan kebaikan yang ada padanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pakaian ini dan keburukan yang ada padanya.


20. Do'a Memohon Dijauhkan dari Kekafiran, Kefakiran dan Adzab Kubur

AllaaHumma innii a'uudzubika minal kufri walfakri wa a'uudzubika min'adzaabil qobri laa ilaaHa illaa anta
Artinya: AllaaHumma, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran, AllaaHumma, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, tiada Tuhan selain Engkau.

Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut (Al-A'raaf: 55) WAKTU-WAKTU DO'A DIKABULKAN
Lailatul Qadar
Hari Arafah
Bulan Ramadhan
Malam Jum'at
Pada Saat Shalat Jum'at
Tengah Malam
Ketika Diserukan Sholat
Antara Adzan dan Iqomah
Dalam Pertempuran (Jihad Fisabilillaah)
Sesudah Sholat-Sholat Fardhu
Ketika Dalam Sujud
Saat Membaca Al-Qur'an dan Sesudah Khatam
Ketika Minum Air Zamzam
Dalam Majelis-Majelis Dzikrullah

Senin, 13 September 2010

Shalatnya Rasulullah saw


Shalatnya Rasulullah saw



قال رسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

( صحيح البخاري )

Sabda Rasulullah saw : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku melakukan shalat” (Shahih Bukhari)


ImageAssalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِيْ هَذَا الْجَمْعِ اْلعَظِيْمِ

Limpahan Puji Kehadirat Allah subhanahu wata'ala, Yang Maha Tunggal mengatur segala kejadian sepanjang waktu dan zaman, Maha Mengatur jumlah nafas hamba-hamba Nya, di beri izin untuk izin tinggal hidup di atas bumi Nya, di dalam jasad yang milik Nya, yang di cipta untuk Nya, diberikan kepada Ruh kepada hamba-hamba Nya ini, alat-alat multi sempurna untuk melewati kehidupan yang sementara dan fana menuju kehidupan yang kekal dan abadi, di berikanlah panca indra dan di berikanlah permukaan bumi beserta isinya, tiada lain agar hamba Nya meniti jalan menuju keridhaan Nya, dan hamba Nya menuju Cinta Nya, agar hamba Nya mencapai kasih sayang Ilahi, berlomba-lomba untuk dekat kehadirat Allah,

Allah subhanahu wata'ala berfirman :
“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah bukakan bagi Nya limpahan Rizqi dan penyelesaian dari apa-apa yang menyulitkannya, dan ia di berikan suatu hal yang mengembirakan dan mengagetkan, berupa kegembiraan dari Allah bagi hamba - hamba yang bertaqwa”

Seraya berfirman :
“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah jadikan permasalahan Nya lebih mudah”
Seraya berfirman :
“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah hapus dosa – dosanya dan Allah lipat gandakan jumlah pahala yang menjadi miliknya”

Demikianlah perbuatan Allah pada hamba – hamba Nya yang bertaqwa, siapa mereka ?
Mereka yang berusaha menjauhi dosa semampunya, dan berusaha menjalani perintah Allah semampunya, dan tentunya merekalah para pengikut Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Tiada seseorang di sebut Taqwa kecuali pengikut Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Imam Muttaqiin (Pemimpin orang – orang yang bertaqwa) Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Semoga Allah mengelompokanku dan kalian di dalam kelompok orang – orang yang bertaqwa, yang selalu di limpahkan rizqi dengan keluasan rizqi yang dhahir dan rizqi yang bathin dengan datangnya rizqi yang terkirakan dan yang tidak terkirakan dan juga penyelesaian atas segala kesulitan dan terhapus dari segala dosa dan di lipat gandakan pahala. Ya Allah …

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Seraya berfirman :
“Barang siapa yang mendambakan balasan di dunia, sungguh Allah di sisinyalah balasan dunia dan akhirat, dan sungguh Allah itu Maha mendengar dan Maha melihat”

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Didalam perkumpulan yang luhur ini, di bulan agung ini, di malam-malam mulia dan suci ini, di bulan Rajab yang di namai bulan mulia dari pada satu bulan haram, bulan yang di muliakan oleh Allah, dan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam memperbanyak ibadah di bulan ini, dan para imam-imam kita dan para Sahabat Rasul shallallahu 'alaihi wasallam kita mereka memperbanyak Istighfar di bulan Rajab dan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam memperbanyak puasa di bulan Rajab, karena inilah salah satu di bulan haram, karena bulan haram adalah bulan yang di muliakan oleh Allah dan Rasul Nya.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Aku dan kalian sebagai tamu Allah di bulan Rajab ini, sampai dan hadir di majelis dzikir dan Majelis Ta’lim dan Shalawat ini, di majelis Dakwah ini tentunya dengan jamuan yang lebih karena kita sudah berada di majelis ini sebagai tamu Allah, juga sebagai tamu Allah di bulan Rajab dan pada hakikatnya manusia itu adalah tamu Allah pada setiap detik hidupnya, selama ia masih hidup ia adalah tamu Allah, ia di jamu oleh Allah, maka fahamilah Shahibul bait, fahamilah siapa yang kita kunjungi yaitu Rabbul’alamin dalam setiap nafas kita karena setiap nafas kita hakikatnya kita tamu Ilahi di bumi Nya, karena kita di bumi yang milik Allah, kita hidup dengan jasad yang kita tidak membeli dan tidak menciptanya semua dari Allah, maka kita adalah tamu, dan tamu termuliakan bagi yang memahaminya.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Kalau kita tau siapa yang sedang kita kunjungi dalam kehidupan ini, yaitu Rabbul’alamin subhanahu wata'ala, yang kita kunjungi dalam setiap nafas kita, maka kita akan memahami bagaimana adab kesopanan kita berada dihadapan Tuan Rumah Maha Raja alam semesta ini.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah, Tentunya kalau kita faham kalau kita ini berada di suatu Istana kemegahan Rabbul’alamin di dalam kerajaan Allah subhanahu wata'ala, hendaknya kita membenahi sikap kita dengan Sang pemilik jasad kita dan Sang Pemilik bumi kita dan Sang pemilik kehidupan kita dan Sang pemilik dunia dan akhirat kita, dan betapa beruntungnya jiwa yang selalu berpadu, pemikirannya dengan rahasia keluhuran Ilahi.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Allah telah berfirman :
“diantara orang – orang itu ada yang menghendaki balasan di dunia saja atas amalan pahala ibadahnya namun Allah memiliki balasan bukan hanya diakhirat saja tapi di dunia dan di akhirat”

demikian Allah menjelaskan di dalam firman Surat Annisa :
“Dan Allah subhanahu wata'ala itu Maha Mendengar dan Maha Melihat”

Fahamlah kita jangan meminta akhirat saja, jangan minta dunia saja, minta dunia dan akhirat, karena Allah telah mengatakannya bahwa balasan di dunia dan akhirat milik Ku.
Allah Maha Mendengar, Maha melihat, Maha Mendengar dengan pendengaran yang bukan dengan telinga seperti makhluk, makhluk hanya mendengar suara, tetapi Allah mendengar getaran perasaan, Allah melihat getaran lintasan pemikiran.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan setiap waktu dan saat Allah selalu mendengar dan melihat.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
namun tabir kegelapan dosa didalam diri kita sering menutupi kita seakan-akan jauh dari Allah, seperti orang yang berada di dekat temannya namun ia menutup matanya, maka ia tidak melihat temannya, padahal temannya sudah di hadapannya,
“Allah itu lebih dekat kepada kita dari pada urat leher kita”
Maksudnya antara ruh dan jasad kita Allah lebih dekat lagi dari itu, Allah lebih mampu dari kedekatan jasad dengan ruh, karena Allah Yang Maha mampu memisahkan ruh dengan jasad, Allah yang Maha Menentukan setiap nafas kita, Allah Maha dekat bukan dengan sentuhan dan Allah juga jauh bukan tanpa perhitungan jarak tapi dengan kedekatan jiwa, karena jarak tidak bisa menempuh dan mencapai Rabbul’alamin, karena jarak hanya bisa mencapai alam cipta Allah, jarak dan tempat tidak bisa menjangkau Rabbul’alamin, pencipta semua waktu dan tempat.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian agungnya Sang Maha Raja langit dan bumi dan Sang Maha Lembut,
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa Rasul shallallahu 'alaihi wasallam melintas bersama para Sahabatnya lalu lewatlah seorang anak kecil, lantas Rasul shallallahu 'alaihi wasallam memanggil (berteriak mengangkat suara)

“apakah anak ini mempunya ibu?”
Maka keluarlah ibunya dan menangis mendekapnya dan menciuminya seraya berkata
“Ibni ibni…”
Maka para sahabat menangis, maka Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berkata :
(apa yang membuat kalian menangis?)
Para Sahabat berkata :
“Cinta ibu itu terhadap anaknya besar ya Rasulullah, kami terharu”
Maka Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
“Allah lebih berkasih sayang kepada hamba – hamba Nya dari ibu itu kepada anaknya”

Saudara saudariku yang ku muliakan,
Diriwayatkan di dalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy mensyarahkan makna hadits ini bahwa :
Yang di maksud di dalam hadits ini oleh Rasul shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang wafat dalam keadaan bertaubat dari dosa – dosa besar, mereka yang bertaubat dalam keadaan Iman dan sempat bertaubat dari dosa – dosa besar, maka meraka itu tidak akan menyentuh api Neraka karena kelanjutan dari Hadits ini adalah (di jelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar)
Rasul bertanya kepada para Sahabat, ada kelanjutan riwayat lain :
“apakan kiranya si ibu yang sedang memeluk anaknya itu, mau melemparkan anaknya ke api ?”
Para Sahabat berkata :
Maka Rasul shallallahu 'alaihi wasallam menjawab :
“Allah lebih menyayangi hamba Nya dari pada ibu itu terhadap anaknya”
Menunjukkan orang yang wafat dengan iman dan sempat bertaubat dari dosa – dosa besar tidak akan di sentuhkan dari pada api neraka oleh Allah subhanahu wata'ala.

Ketika di riwayatkan di dalam riwayat Imam Thabrani dan riwayat lainnya di syarahkan oleh Al Imam Ibn Hajar di cantumkan di dalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari tentang hadits ini yang terkait dengan hadits ini bahwa Rasul shallallahu 'alaihi wasallam lewat di dekat wanita, seorang wanita ibu – ibu yang berkata (sedang menyalahkan api unggun / kayu bakar sedang dinyalakan)
“Wahai Rasulullah….”
Rasul berkata :
“Labbaik wa sa’daik” iya apa yang bisa aku bantu Kata Rasul
“Apakah betul Allah melempar hambanya seperti aku melempar kayu ini ke kayu bakar????, hambanya yang beriman”
Maka Rasul shallallahu 'alaihi wasallam pun menunduk dan mengalirkan air mata menangis
Seraya bersabda :
“Demi Allah, tiadalah Allah menarukan hambanya di dalam api kecuali mereka yang berat dan malas mengucap Laailahailallah disaat wafatnya”

Hadirin hadirat demikian kelembutan Allah subhanahu wata'ala yang jauh lebih lemah lembut kepada kita dari pada ibunda kita.

Saudara saudariku yang kumuliakan,
jika kita memahami cinta Nya kepada kita, kita akan tenang di dunia dan akhirat, dan akan semakin tenang dengan cinta Rabbul’alamin subhanahu wata'ala,
namun Allah subhanahu wata'ala juga berfirman :

“barang kali kalian menyukai sesuatu tapi itu sebenarnya adalah buruk bagi kalian, barang kali kalian membenci sesuatu tapi itu baik bagi kalian, Allah Maha Mengetahui dan kalian tidak mengetahui”
Saudara saudariku yang ku muliakan,
Oleh sebab itu jangan buru – buru memvonis Allah subhanahu wata'ala dalam segala kejadian yang terjadi pada diri kita, saya mencari pekerjaan tidak dapat – dapat, sudah do’a sudah shalat Tahajjud, orang lain tidak shalat, tidak beriman malah cepat dapat pekerjaan, barang kali satu dua tahun, atau satu dua bulan penundaan akan membuat Allah melimpahkan yang jauh lebih luas di masa mendatang padamu, jangan sempat kita terjebak kejadian saat ini, karena kita tidak tau kejadian di hari esok.

Saudara saudariku yang kumuliakan,
Di riwayatkan di dalam Shahih Bukhari jika salah seorang bersedekah, ia mengumpulkan uang dan ingin mendapatkan Sedekah yang “shadaqah sirr” pahala Sedekah secara sembunyi – sembunyi, tidak di ketahui orang lain, ia pun mengumpulkan uang, lalu malam – malam ia menutup wajahnya dengan kain dia mencari orang yang berhak.

Lalu ia lihat ada seorang yang termenung di malam hari, diam saja, duduk saja, tidak bicara, tidak apa duduk saja di pinggir jalan,
“ini orang yang tidak mampu, tengah malam masih belum tidur, masih duduk di sini”
maka di lemparkannya uang itu pada orang itu dan ia pun pergi melarikan diri supaya orangnya tidak tau dia yang memberi, maka keesokan harinya dia sudah gembira, sudah sedekah dengan sedekah sembunyi – sembunyi, esok harinya dapat kabar gempar kampung karena seorang pencuri dapat harta di beri orang yang tidak di kenal, dia berkata :
Wahai Allah Bagi Mu segala puji, aku mau sedekah sembunyi – sembunyi, ternyata yang ku beri pencuri, pencuri sedang menunggu kesempatan untuk mencuri, menanti waktu untuk mencuri, di kira dia seorang Fuqara padahal ia pencuri,
ia berkata “berarti aku tidak akan berhenti, aku akan lanjut lagi”
ia pun mengumpulkan uang lagi, sudah terkumpul ia keluar lagi di malam hari.
Lantas ia melihat seorang tua renta, yang berjalan tertatih – tatih dengan tongkatnya, pelan – pelan jalannya tidak ada yang menemaninya, tidak ada yang mendampinginya,
“ini pasti orang susah”
dia lemparkan uang itu dalam sebuah kantong kepada orang tua itu dan dia pun lari pergi, keesokan harinya gempar orang terkaya di kampung itu, yang paling kikir dapat sedekah sembunyi – sembunyi semalam, maka ia pun berkata :
Wahai Allah Bagi Mu segala puji, aku jadi memberi orang yang paling kaya, yang paling kikir, tidak berguna sedekahku, yang pertama di berikan pada pencuri yang ke dua ternyata salah beri juga, di berikan kepada orang yang kaya dan paling kikir.

Lantas dia tidak kapok, tapi ketiga kalinya dia berbuat dia mencari wanita saja, dia lihat
“nah ini wanita sedang duduk”
maka di berikan padanya harta itu dan keesokan harinya, gempar lagi kampung itu, seorang pelacur mendapatkan sedekah yang sembunyi – sembunyi, ia katakan
“Yaa Rabb cukup 3 kali”
Wahai Allah sudah cukup ini, pencuri yang kuberi, yang kedua orang kaya paling kikir yang ketiga pelacur, sudah aku tidak mau bersedekah lagi.

Maka Allah subhanahu wata'ala tunjukan beberapa tahun kemudian, bahwa Allah subhanahu wata'ala membukakan kemuliaan dari uang halal yang ia berikan itu jauh lebih dari pada maksud yang dia kehendaki, ia inginkan beri kepada orang Fuqara tapi Allah sampaikan uang Nya pada pencuri, pencuri biasa makan uang haram apakah ia terus mencuri, malam itu pencuri itu dapat uang halal darinya, karena ia ingin sedekah sembunyi – sembunyi, hati – hati hadirin hadirat karena harta yang haram itu mempengaruhi tubuh kita, harta yang halal juga mempengaruhi, kalau harta yang halal mempengaruhi kita untuk ingin beribadah, maka pencuri itu mendapatkan itu dia bersyukur,
“Subhanallah, aku selama ini terus menerus mencuri sekarang Allah beri”
ia pun Taubat, tidak lama orang ini yang penyedekah pertama setelah sekian tahun dia dengar kabar ada seorang wali Allah yang wafat maka ia mendatangi jenazahnya,
“ini kalau tidak salah ini yang dulu ku beri, dulu pencuri” dia berkata “ini orang asal muasalnya dimana”
“dulu pencuri dia, gara – gara ia dapat uang di tengah malam, di beri oleh seorang penyedekah yang tidak ia kenal dia Taubat sampai dia menjadi Wali Allah subhanahu wata'ala”,
dia berkata “Subhanallah” Allah disampaikan derajatnya menjadi Wali Allah dari harta orang ini karena sedekahnya sembunyi – sembunyi dan ikhlas niatnya walaupun nyampainya kepada pencuri.

Yang kedua maka dia pun berkata,
“Wahai Allah, selesai janjiku dari yang pertama yaitu pencuri lalu bagaimana dengan orang tua yang kikir”
orang tua yang kikir itu tidak berapa lama ia membangun suatu rumah untuk Sedekah untuk yatim dan anak – anak miskin dan Fuqara, Kenapa ? karena ia jadi Taubat
Ia ingat “aku ini orang kaya disedekahi orang, karna apa ? karena aku kikir”
akhirnya ia pun bertaubat kepada Allah, ia bangun rumah Sedekah ia wakafkan, pahalanya orang ini dapat pada penyedekah pertama, demikian Dahsyatnya rahasia kemuliannya, dan ia pun berkata “Allah aku memahami yang ke dua, lalu bagaimana dengan yang ketiga”

Tidak ada jawaban, sudah hampir 30 tahun, lalu ia mendengar dua orang ulama, adik kakak, dua – duanya ulama yang Shaleh, dua – duanya pemuda, maka ia berkata
“aduh aku ingin kenal dengan dua pemuda ini”
sulit di jumpai, di ikuti muridnya, untuk berjumpa sulit, hebat sekali ini adik kakak ini, dua – duanya ulama, dua – duanya Shaleh, dua – duanya berhasil dan sukses, maka ia Tanya
“ini asal muasalnya anak ini ulama ini dari mana ? dua pemuda ini”
“ini dulu ibunya pelacur tapi gara – gara di beri sedekah oleh seorang yang sedekah sembunyi – sembunyi, Taubat lantas kemudian dia pakai uang itu untuk menyekolahkan dua anaknya ini untuk menjadi ulama, sampai menjadi ulama besar”

Hadirin hadirat maka orang ini sujud kepada Allah,
Rabbiy Kau tidak kecewakan hamba – hamba Mu, demikian kasih sayang Ilahi subhanahu wata'ala, ribuan orang yang bertaubat dari kedua anak itu mendapatkan pahalanya kepada si pemberi yang pertama, walaupun awalnya terlihat buruk namun akhirnya tapi Allah buat sedemikian indah.

Hadirin hadirat kita kembali kepada Hadits Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang tadi kita baca :

قال رسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي (صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku melakukan shalat” (Shahih Bukhari)

Apa makna dari hadits ini ?
Sebenarnya hadits ini sering di bahas banyak oleh para ulama kita dan juga mereka banyak yang bertentangan di dalam permasalahan akidah dengan kita, hingga mereka mengakatakan
“jangan kamu shalat kalau kamu, kecuali kamu tau hadits – hadits shahihnya”
hal itu betul, namun tentunya kita mempunyai guru dan kita mempunya Madzhab, dan imam madzhab dari guru lebih berhak di panut dari pada melihat hanya dari buku atau dari internet saja, orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia tidak akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab itu jadi tidak boleh baca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja boleh, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika kita mendapatkan masalah.

ini di Jakarta banyak kalau di Jakarta ustadz dan guru dalam tajwid, tauhid, fiqih, syariah, tasawwuf dan lainnya Jakarta penuh Alhamdulillah dengan ulama, namun saudara saudari kita yang diluar negri, diluar kota yang juga menyaksikan acara ini di streaming website siaran langsung www.majelisrasulullah.org barangkali sebagian diantaranya yang sulit menemui guru maka carilah guru walaupun diluar kota wilayahmu, paling tidak jumpai sebulan sekali, dua minggu sekali, tiga bulan sekali ada masalah – masalah tanyakan yang kau bacakan dari buku – buku yang kau tidak ngerti tanyakan, kalau tidak jumpa maka lewat telepon, lewat sms, lewat email gunakan itu semua untuk perantara agar kita tidak putus hubungan kita dengan Allah subhanahu wata'ala.

Karena hadits ini Rasul shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan :

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

“Shalat sebagaimana kalian lihat aku shalat bukan shalat seperti shalatku”

Kalau shalat seperti shalatku tidak ada satu pun yang mampu karena apa shalat seperti Rasul shallallahu 'alaihi wasallam tentunya siapa yang mampu karena manusia tentunya terbatas ia kalau jasad gerakannya bisa kita ikuti seperti gerakan perbuatannya Rasul shallallahu 'alaihi wasallam apakah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam shalat hanya dengan jasad? tentunya shalat ada hakikatnya dan ada dhahirnya, dhahirnya jasadnya, bathinnya adalah ruh dan sanubarinya tentunya ikut shalat.

Namun ketika Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”

maka shalatlah kalian semampu kalian untuk membenahi gerak geriknya seperti yang dilakukan oleh Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, ada yang rukunnya ada yang sunnahnya ada yang sunnah muakkadah nya, hal seperti itu meski kita ketahui kemudian melangkah menuju kedalaman makna hakikatnya yaitu rahasia hati dan ruh yang turut shalat bersama shalat kita, hati dan ruh kalau sudah ikut shalat dengan jasad kita maka jasad selesai shalat hati dan ruhnya tidak keluar dari shalatnya, karena terus dekat dengan Allah subhanahu wata'ala.

Di jelaskan oleh para imam kita para salafus shaleh ketika ditanyakan apakah hati itu ada bersujud kepada Allah subhanahu wata'ala, apakah hati itu bersujud kepada Allah subhanahu wata'ala, maksudnya disaat hati itu tunduk 100% kepada Allah maka menjawablah gurunya,
“hati itu jika sudah sujud tidak akan pernah lagi mengangkat berdiri dari sujudnya”

beda dengan jasad, kalau jasad ada lelahnya kalau hati sudah kenal sujud pada Allah tidak akan mau lagi berubah posisi untuk kecuali terus sujud dan tunduk kepada Allah dengan makna sujud disini bukan sujud dengan gerakan, maksudnya sujud itu hatinya tapi hatinya tunduk kepada Allah subhanahu wata'ala, kalau sudah hatinya tunduk pada Allah subhanahu wata'ala ia akan terus ketagihan dan tidak mau lagi untuk mengenal daripada rahasia kelembutan yang selain dari Allah subhanahu wata'ala, sudah asyik dengan Allah subhanahu wata'ala akan terus sujud kepada Allah subhanahu wata'ala merendahkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala ia sudah menikmati samuderanya didalam merendahkan diri dihadirat penciptanya, ia sudah rasakan lezatnya, ia tidak merasakan lezat dengan mahkluk – mahkluk Nya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Inilah yang ingin saya sampaikan dari pensyarahan hadits ini bahwa kalau secara jasadiyah kita punya banyak guru dan pengetahuan ada buku tuntunan shalat juga ada itu sudah cukup didalam dasar – dasar shalat kita yang benar rukun shalatnya, syarat sah nya dan yang lainnya itu sudah ada rukun wudhu dalam buku tuntunan shalat itu tidak cukup untuk dasar untuk selanjutnya ada guru yang bisa ditanyakan tapi yang perlu kita tekankan dalam majelis ini adalah yang jarang diperhatikan orang adalah shalat hati dan ruhnya untuk di ikut sertakan disaat kita shalat, disaat kita shalat hati dan ruh kita ikut shalat, jangan sampai hati dan ruh kita diluar shalat saat kita shalat layaknya selesai shalat jasad kita, hati dan ruh kita tetap shalat kepada Allah subhanahu wata'ala namun malah kita sebaliknya jasad kita shalat ruh dan hati kita pun tidak shalat kepada Allah subhanahu wata'ala, orang yang shalat hati dan ruhnya kepada Allah subhanahu wata'ala ia terbuka baginya rahasia kemuliaan shalat ia sedang berhadapan dengan Rabbul alamin ketika ia takbiratul ihram “Allahu Akbar” ia sudah berada di hadirat Allah subhanahu wata'ala dengan ruh dan sanubarinya walau jasadnya hanya menghadap kiblat saja, jasadnya bergerak dengan ucapan dan dzikir dan doa yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang itu didalami oleh ruh dan sanubarinya setiap kalimat huruf dan ucapannya sehingga ia mencapai rahasia – rahasia keluhuran yang terus semakin luhur
yang ada awalnya tapi tiada pernah ada akhirnya rahasia keluhuran kehidupan yang membuat kita tenang didunia dan di akhirat maka warisilah shalatnya Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Sebagaimana sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam :
“shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”

kita mempunyai sanad dari hadits ini, sanad yang bersambung pada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w pria pertama, pemuda pertama yang melihat shalatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mulai melakukan shalat sebelum beliau hijrah, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam melakukan Shalat yang pertama kali melihatnya Sayyidatuna Khadijah radhiyallahu'anhum istrinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
“ini Rasul berbuat seperti ini, aneh bergerak seperti ini, ada apa ini suami ku berbuat seperti ini”
yang kedua yang melihatnya Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w dan kemudian dilanjutkan para kerabat masuklah islam Sayyidatuna Khadijah dan menyusul Sayyidina Ali lalu menyusul Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq radhiyallahu'anhum.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
kita mempunyai sanad tentang hadits :

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

kepada Sayyidina Ali bin abi Thalib dari guru kita, dari guru mulia kita, dari guru beliau sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw yang memandang shalatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sanad kemuliaan shalat ini saya ijazahkan kepada hadirin hadirat hingga setiap kali shalat kita sudah bersambung sanadnya dengan shalatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam secara ruhiyah, tinggalah secara sanubarimu dan jasadmu ikuti dan pelajari dan dalami tapi secara ruhiyah shalat kita silsilahnya rantainya sudah bersambung dengan shalatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”
Sayyidina Ali melihat shalat beliau para sahabat melihat lalu para tabi’iin melihat shalatnya Sayyidina Ali, shalatnya para sahabat demikian para tabi’ tabi’iin demikian selanjutnya sampai saat ini melihat gurunya melakukan shalat, seperti itu shalatnya, seperti itu rukunya, seperti itu sujudnya dan gurunya melihat gurunya demikian sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
“Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat”
Sanadnya sampai kepada kita, apa itu sanad?
Sanad adalah silsilah atau rantai yang menyambungkan kita dengan yang sebelum kita, hubungan, sanad adalah hubungan kalau secara bahasa sanad adalah sesuatu yang terkait kepada sesuatu yang lain atau sesuatu yang bertumpu pada sesuatu yang lain, tapi didalam maknanya ini secara istilahi adalah bersambungnya ikatan bathin kita, bersambungnya ikatan perkenalan kita dengan orang lain, sebagian besar adalah guru-guru kita yaitu orang yang dijadikan guru sanadnya atau hadits, sanad hadits misalnya mengambil dari fulan, dari fulan, dari fulan itu salah satu contoh sanad dan sanad kita sanad keguruan dari guru saya, guru saya dari gurunya, dari gurunya, dari gurunya, sampai Rasul shallallahu 'alaihi wasallam atau dari saya bermadzhabkan syafi’i karena guru saya bermadzhab syafi’i, saya ikut guru saya, guru saya ikut guru nya mahdzabnya syafi’i terus sampai ke imam syafi’i itu sanad namanya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Itu hubungan ruh, hubungan sanubari kalau hubungan jasad bersalaman selesai itu lepas, tapi hubungan ruh bersalaman kalau sudah berpadu ruh akan bersama didunia dan diakhirat. Demikian sabda Rasul shallallahu 'alaihi wasallam :
Demikian Shahih bukhari
“Ruh adalah pasukan, bagaikan pasukan yang berkelompok – kelompok, jika sudah saling berkenalan, saling menyayangi menyukai, maka ruhnya pun bersama, jika sudah saling berselisih maka ruhnya pun berpisah” nah yang bersama ini akan bersama lagi di hari kiamat, yang berpisah disini akan berpisah lagi di hari kiamat kelak, nah… sanad dan ijazah silsilah ini menyambungkan kita kepada guru – guru kita yang terdahulu supaya kita bersama mereka walaupun tidak sehidup sezaman dengan para imam - imam dan dengan para sahabat dan dengan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam tapi ruh kita, kita sambungkan dengan mencintai mereka dengan mengikat sanad ini kepada mereka sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, hingga kita tidak berpisah dengan beliau di akhirat nanti.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian banyak rahasia keluhuran yang dilimpahkan Allah subhanahu wata'ala didalam shalat dan rahasia kemuliaan shalat itu muncul dibulan rajab ini awal muasalnya untuk kita yaitu dimalam isra’ wal mi’raj beberapa malam yang akan datang, dan insya Allah berkumpul di monas dalam perayaan isra’ wal mi’raj Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dimalam naiknya Rasul shallallahu 'alaihi wasallam kehadiratullah dimalam itu kita berdzikir dengan ya Allah 1000 kali untuk memanggil Nama Rabbul’alamin, kenapa harus banyak – banyak ?
karena Allah berfirman :
“ingatlah kalian kepadaku maka aku akan ingat kepada kalian”

Allah subhanahu wata'ala berfirman :
“Perbanyaklah dzikir kepada Ku, perbanyaklah menyebut Nama Ku”
Demikian Allah subhanahu wata'ala memerintahkan kita dan semakin kita banyak menyebut Nama Allah maka kita semakin dekat kepada Allah, maka kita menyebutnya, berdzikir sebanyak 1000 kali bersama – sama dalam dzikir agung tepat dimalam 27 rajab dimalam mi’rajnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menghadap Allah subhanahu wata'ala.
Kita berniat di malam itu kita juga dibagikan rahasia kemuliaan yang Allah tumpahkan pada Nabi dan para auliya dan shalihin dan shadiqin dari rahasia kemuliaan yang Allah limpah ruahkan dimalam mi’raj kita juga kebagian karena berdzikir kepada Allah.

Jakarta adalah ibu kota Negara muslimin terbesar didunia, Indonesia adalah Negeri muslimin terbesar didunia dan Jakarta adalah ibu kotanya dan Monas adalah jantungnya ibu kota, pertengahannya ibu kota ini dan ditempat itu kita berkumpul Alhamdulillah jika satu, dua orang, tapi Alhamdulillah semoga diatas satu juta yang berkumpul, jantung ibu kota Negara muslimin terbesar dimuka bumi berdzikir dengan dzikir Yaa Allahu Yaa Allah 1000 kali semoga cahaya dzikir itu membias kepada sisa kehidupan kita didunia dan diakhirat, selalu dalam keluhuran dan semoga cahayanya juga membias menerangi sekitar khususnya ibu kota dan juga bangsa kita dan seluruh barat dan timur yang kesemuanya berada didalam satu rantai dengan kita karena bersama sama muslimin muslimat dan ini negeri muslim terbesar didunia dan inilah ibu kotanya dan inilah jantung ibu kotanya yaitu Monas nanti tanggal 9 juli malam sabtu depan.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
saya tidak berpanjang lebar menyampaikan tausiyah ada dua hal yang ingin saya sampaikan :

Yang pertama adalah para saudara saudari yang ingin menjadi panitia atau crew di acara event besar daftarkan dirinya ke ustadz syukran atau ustadz Muhammad Qalby atau saudari aisyah najmatunnisa atau saudari maya untuk kaum wanita karena apa ? karena kita kekurangan crew, terus terang saja kita kekurangan crew untuk event besar kalau untuk event acara setiap malam sudah cukup tapi untuk event besar crew kita 360 orang, 1 juta yang mau diatur gimana caranya, kalau 500.00, 600.00, 100.000 juga tidak keatur 360 orang tapi Alhamdulillah acara aman, tertib dan terkendali, Alhamdulillah dengan keberkahan sakinah dari Allah subhanahu wata'ala, jadi kita kekurangan crew hadirin hadirat yang punya waktu itu tugasnya tidak panjang – panjang dari kira kira 2, 3 jam sebelum acara sampai kira kira 2, 3 jam selepas acara selesai setelah itu cuman ada pertemuan barang kali nanti malam kamis atau malam rabu di atur sama ustad syukron ada pertemuan nanti dengan saya crew yang mendaftarkan diri mudah mudahan bisa menjadi terlibat didalam pembenahan acara agung ini, supaya lebih aman, lebih tertib, dan lebih terkendali demikian yang pertama yang mau jadi crew rijal dan nisa, kaum wanita dan kaum pria.

Yang kedua pengumuman bahwa saya masih hidup ini saudara saudariku diluar menyebar omongan sms Habib Munzir wafat, insya Allah wafat semua kesusahannya. . . . (amiin)

Hadirin hadirat muncul orang yang iseng tapi akhirnya nyebar, nyebarnya sudah sampai kemana mana, saya dengar ustad Yusuf Mansyur sudah shalat ghaib di bandung, juga di banyuwangi sudah banyak yang shalat ghaib untuk saya, pengumuman saya masih hidup Alhamdulillah hadirin hadirat yang dimuliakan Allah saya bicara sampaikan kalau ada yang mengatakan saya wafat Alhamdulillah saya lihat sendiri Habib Munzir masih hidup juga yang di internet ini bukan siaran rekaman, ini siaran langsung lihat yang di Kuala lumpur, yang di jawa timur, yang di Banjarmasin yang dimana semuanya lihat saya sehat wal’afiat Alhamdulillah, malam selasa kemarin hanya sedikit demam, meriang dan lain sebagainya tapi malam ini dah sembuh, siap insya Allah untuk menjalankan tugas kita masing – masing membenahi bumi Jakarta menjadi kota Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kota kedamaian, kota dzikir, kota aman, kota tenang bukan kota narkoba, bukan kota miras, bukan kota zina, bukan kota kesulitan tapi kota dzikir, kota yang tenang dengan kedamaian amin Allahuma amiin.

Jadi pengumuman ini disampaikan saya maafkan orang yang melakukan itu dah biasa ini kalau mau ada event – event acara besar pasti ada fitnah aja bukan pasti lebih sering ada fitnah, ntar dibilang munzir gulam ahmad, dibilang pimpinan musyrik, dibilang majelis murtad, macam - macam cara mengucapkan fitnah itu hanya sekedar untuk menggagalkan event – event acara besar kita menggoyang hati jamaah, ini tidak mau tau dibilang sudah wafat orangnya, sudah pada shalat jenazah sebagian shalat ghaib.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Maka cara – cara seperti ini mungkin bisa berhasil kepada orang – orang yang niatnya tidak baik tapi kalau seandainya untuk niat yang baik Allah sudah janji :
“sungguh hamba – hamba Ku yang betul – betul ingin dekat pada Ku dan ikhlas dalam niatnya kau tidak punya kekuatan pada mereka wahai syaithan” kata Allah subhanahu wata'ala,

maka perbuatan mereka slalu membuat majunya Majelis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, makin banyak yang fitnah, makin maju Majelis Rasul shallallahu 'alaihi wasallam.

Hadirin hadirat,
bukan saya mengharapkan banyak yang fitnah, namun bagi para pemfitnah perbuatan kalian justru membuat perjuangan dakwah kami semakin maju bukan semakin mundur demi kemuliaan Allah subhanahu wata'ala yang berfirman :
“jika kalian menolong Allah, Allah akan menolong kalian dan menguatkan langkah kalian”

niat kita ikhlas untuk membangun generasi muda kita kembali pada keluhuran, dan kemuliaan maka Allah subhanahu wata'ala yang akan membantunya langsung dan menguatkan langkah kita.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kita doakan para pendukung dakwah kita untuk diberi kemudahan oleh Allah subhanahu wata'ala.
Bapak Joni disini semoga dilimpahi keberkahan oleh Allah dan Rahmat para Habaib minal akramin semuanya dan juga Bapak komesaris besar Bapak Purwolelono beliau ini bareskrim mabes polri memberantas korupsi jadi banyak musuhnya, banyak yang tidak suka semoga Allah singkirkan segala kesulitannya, segala permasalahannya kalau sudah jujur banyak musuhnya, banyak yang tidak suka banyak yang fitnah dan lain sebagainnya, Allah cabut seluruh kesulitannya Allah gantikan dengan kemudahan amiin Allahuma Amiiin agar bisa terus tenang konsentrasi dalam tugasnya dan dalam perjuangannya bersama kita mensukseskan gerakan dakwah kedamaian ini.

Demikian hadirin hadirat yang saya sampaikan salam untuk semua saudara saudari ku ini serius ni masalah karena sudah masuk lebih 2000 sms ke contact person yang menelpon dan menanyakan ada yang nangis tentang kemangkatan saya katanya, ada yang shalat ghaib nanti saya mau tegur ustad yusuf mansyur kok sembarangan shalat ghaib saja tidak pake telepon tidak pake apa sembarangan shalat ghaib di bandung, ada – ada aja ustad Yusuf nih karena sering sms an dengan saya tapi barangkali saya ganti nomer beliau tidak tau nomer saya yang baru udah shalat ghaib disana belum jelas kabar muncul itu Subhanallah, dibanyuwangi udah shalat ghaib, kan lucu, jadi nanti kalau saya mau wafat saya kabari dulu supaya ada pengumuman.

Selepas ini kita baca qasidah penutup mengingat perjuangan dakwah Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan setelah itu baru doa penutup dan kalimat talqin,
demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, sampaikan pada teman – teman mu tenang aja semoga kita semua panjang umur, semua dilimpahi keberkahan, semua dilimpahi kedamaian, semua dilimpahi kemakmuran, semakin hari semakin indah, hidup kita indah, wafat kita indah, bangkit kita di yaumil qiyamah juga indah, kita berdzikir memanggil Nama Allah subhanahu wata'ala yang Maha luhur, bermunajat demi kesuksesan seluruh hajat kita dunia dan akhirat, dan kesuksesan acara kita tanggal 9 juli.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله... لاَإلهَ إلَّاالله... لاَإلهَ إلَّاالله...

Seluruh hajatmu, seluruh niatmu, tenggelamkan dalam keagungan لاَإلهَ إلَّاالله

لاَإلهَ إلَّاالله... لاَإلهَ إلَّاالله... لاَإلهَ إلَّاالله... لاَ إلهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ